Catatan Perjalanan Lasenas VII di Manado

Kamis, 20 Agustus 2009

Oleh Iim Imadudin

“Sejarah adalah travelogue para pencari kebenaran”

Bagiku, setiap perjalanan memiliki sejarahnya sendiri. Ada ingatan personal maupun kolektif yang menyertainya. Entah itu kenangan yang manis ataupun pahit selalu tersusun rapi dalam file-file pikiran. Mulai tanggal 13 hingga 18 Agustus 2009, aku mengikuti Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) ke-7 di Manado. Berkenaan dengan Lasenas, ini yang kedua kalinya aku ikuti. Tahun 2004, aku mengikuti Lasenas di Aceh, tepat empat bulan sebelum tragedi tsunami Aceh yang telah melegenda itu.

Aku selalu ingin mengabadikan ingatan tentang apapun dalam bentuk tulisan. Karena aku sadar, ingatan manusia tidak cukup menampung detil-detil peristiwa yang begitu banyak. Manusia memiliki memori yang pendek. Bukankah manusia adalah tempatnya kesalahan dan kelupaan. Itulah sebabnya kepikunan yang notabene adalah kelupaan selalu menyertai ketuaan. Maka, perjuangan kita adalah perjuangan melawan lupa. Mudah-mudahan tulisan ini tidak saja bermanfaat bagiku. Namun juga, orang-orang yang ingin pula merasakan dan mengenang perjalanan yang aku lakukan. Bagi teman-teman yang mengikuti Lasenas silakan membacanya sebagai memori bersama.

14 Agustus 2009
Aku merupakan bagian delegasi BPSNT Bandung yang terdiri dari Bapak Drs. Toto Sucipto (Kepala BPSNT Bandung), Dudung Koswara, S.Pd (Guru SMAN 1 Kota Sukabumi), Nurlesa Nidia Salam (Siswi SMAN 1 Tarogong Kidul Garut), dan Nadiyya Anindita (Siswi SMAN 1 Subang). Ketiga peserta yang dibawa Pak Toto merupakan peserta terbaik hasil Lawatan Sejarah Daerah yang diselenggarakan BPSNT Bandung beberapa bulan silam. Bersama kami, ikut pula partisipan dari wilayah kerja, yaitu Drs. Muhammad Irwan (Guru SMAN 1 Kota Serang) dan Rahma Alia (Siswi MAN 1 Jakarta). Show must go on!!

Dingin menyergap Jakarta menjelang pagi, Kami bersama peserta lasenas yang menginap di Hotel Trisula meluncur ke Bandar Soekarno Hatta Sekitar pukul 03.15 WIB. Kegelapan belum lagi sirna, namun orang-orang dengan tujuan yang berbeda-beda bersiap-siap melakukan penerbangan. Sekitar 75 peserta yang berasal dari BPSNT Bandung, Yogyakarta, Aceh, Padang, Tanjung Pinang, dan Pontianak; sejumlah partisipan dan panitia terbang dengan pesawat Sriwijaya Air pada pukul 05.45 WIB. Pesawat sebelum menuju Manado, harus transit terlebih dahulu di Surabaya. Beberapa jam aku melayang-layang di udara. Dalam ketinggian ribuan kaki, aku merasa ketidakberdayaan sebagai makhluk yang lemah. Melihat ke arah jendela pesawat yang nampak hanyalah gumpalan awan putih yang berarak. Aku selalu membayangkan lagu Katon Bagaskara tentang negeri di awan. Mungkinkah ada kehidupan lain di sana, wallahu a’lam. Kadang-kadang terlihat pula puncak-puncak gunung yang memaku ke bumi. Adapula noktah-noktah kecil yang samar terlihat. Itulah pulau-pulau Indonesia permai yang begitu luas. Langit Manado begitu cerah, secerah hatiku melakukan perjalanan ini. Tepat pukul 11.00 WITA, pesawat mendarat di Bandara Sam Ratulangi, kota Manado. Teman-teman BPSNT Manado menyambut kami. Sebagian menuju Hotel Orion,dan sebagian lagi ke Golden Lake Hotel.

Pada pukul 19.00 WITA, sebanyak 175 peserta Lasenas berkumpul di Golden Lake. Peserta siswa dibagi menjadi tujuh kelompok. Dalam kuis kesejarahan, Drs. Harry Untoro Drajat, M.A. (Dirjen Sepur) mencoba mengeksplorasi wawasan siswa mengenai warisan sejarah. Beliau tidak memberikan pertanyaan biasa, melainkan mengajak siswa untuk merumuskan jawabannya sendiri. Beliau mengandaikan warisan sejarah itu sebagai jam tangan. Nilai-nilai apa saja yang ada dalam jam tangan dan bagaimana merawat dan menjaganya. Ternyata dari siswa keluar jawaban-jawaban yang cerdas. Jam tangan adalah simbol waktu, etika, teknologi, dan seterusnya. Mereka memberi banyak jalan untuk melestarikan warisan sejarah dan budaya bangsa.

Bersambung…………………………..
Selengkapnya