Selasa, 17 November 2009
Oleh : Iim Imadudin
Pernyataan di atas adalah amanat Bung Karno dalam Hari Listrik dan Gas pada tahun 1961. Bagi Bung Karno, listrik merupakan alat revolusi yang utama guna mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Pengadaan listrik yang memadai akan melancarkan roda revolusi yang menurut Bung Karno belum selesai. Tokoh proklamator itu memang piawai mereproduksikan istilah-istilah yang bombastis penuh bumbu retorika. Namun, akan menarik bila kita memahami alur pikir “bapak bangsa” yang merelasikan dua kata tersebut dalam satu nafas.
Kita sudah mafhum bahwa ketersedian listrik merupakan prasyarat utama bagi pembangunan. Listrik amat diperlukan bagi kehidupan sehari yang menjangkau semua sektor kehidupan: kebutuhan rumah tangga, pemerintahan, industri, dan lain-lain. Ketiadaan listrik bukan saja memacetkan roda pembangunan, namun juga menyangkut rasa tidak aman di waktu malam.
Cobalah sekarang berhitung berapa banyak barang-barang di rumah kita yang menggunakan jasa listrik. Bahkan mungkian kita berpikiran akan sangat sulit kehidupan kita tanpa listrik. Peradaban manusia akan kembali ke masa lalu ketika siang hari adalah masa bekerja dan malamnya beristirahat. Dengan adanya listrik siang dan malam pabrik-pabrik terus beroperasi, penyelia jasa pelayanan dapat berjalan. Listrik sudah mengkonstruksi sedemikian rupa budaya kita tentang waktu, tentang kehidupan, bahkan menyangkut kepercayaan yang individual sifatnya.
Masalah listrik adalah soal keberpihakan terhadap terhadap nasib rakyat. Industri strategis yang sebenarnya harus habis-habisan distabilkan karena merupakan kebutuhan orang banyak. Sekarang ketika pemerintah berencana menaikkan Tarif Dasar Listrik kita seakan disengat setrum bertegangan tinggi. Belum habis kekagetan dan ketergagapan terhadap naiknya harga-harga akibat kenaikan BBM, kita akan menghadapi kenyataan baru. Bagi pabrik-pabrik kenaikan BBM menyebabkan turunnya produksi yang segera diikuti dengan Pemutusan hubungan Kerja dalam jumlah yang signifikan. Demikian pula industri rumah tangga pelan-pelan gulung tikar. Bagimana jadinya jika TDL dinaikkan? Kita akan memasuki masa-masa dimana pemerintah tidak lagi dapat diharapkan mengurangi beban yang terus semakin berat. Kenaikan gaji lima persen bagi pegawai negeri tidak akan memberikan pengaruh yang berarti. Sementara gaji anggota DPR terus naik. Jika PNS sudah gembira dengan rencana kenaikan gaji lima puluh persen, nyatanya Cuma lima belas persen. Anggota DPR yang direncanakan tetap, pada kenyataan malah terus naik.
Pada saat yang sama kita dituntut untuk menghemat pemakaian listrik. Dalam iklan layanan masyarakat, pemerintah mengajak masyarakat untuk menghemat energi. Keteladanan hendaknya dimulai oleh para pegawai di kantor-kantor pemerintah. Penerangan listrik yang sering berlebihan sampai penggunaan komputer yang tidak efektif oleh para pegawai akibat terlalu banyak ngobrol ngalor ngidul mestinya dapat dikurangi.
Kita sebenarnya adalah bangsa dengan mental permisif yang besar. Pencurian listik secara semena-mena, misalnya, muncul lebih banyak karena rendahnya kesadaran ketimbangkan ketidaktahuan. Akan tetapi, hal demikian terjadi karena kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Kasus SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang terjadi di beberapa daerah belakangan ini lagi-lagi menunjukkan ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib anak bangsa. Para korban SUTET menjahit bibirnya berhari-hari tidak makan. Gambaran yang mengerikan yang hanya ada karya fiksi, hadir di hadapan kita. Jadilah, kini hadir teror SUTET.
Logika penguasa selalu rakyat yang bersalah. Otoritas PLN berujar bahwa rakyat yang tinggal di bawah SUTET aman karena tidak berbahaya bagi kesehatan. Padahal penelitian oleh perguruan tinggi merekomendasikan hal sebaliknya. Belum ledakan kelebihan daya listrik yang sangat mungkin terjadi pada malam hari. Namun, otoritas formal agaknya tidak bosan untuk menguatkan kebijakan yang telah diambilnya. Sebuah iklan layanan masyarakat versi pemerintah ditayangkan. Isinya, pengalaman masyarakat yang aman di bawah SUTET dan pendapat pakar yang mencoba meyakinkan pemirsa.
Listrik dibangkitkan oleh sumber-sumber air yang melimpah di wilayah republik ini. Mau bukti betapa air melimpah ruah, lihatlah banjir tahunan yang merata di Jawa dan wilayah lainnya. Sekarang mulai dirasakan terjadinya krisis energi. Ada perilaku budaya kita yang seenaknya sendiri dan tidak berpikir kehidupan generasi mendatang.
Beberapa diantara kita mungkin alergi dengan jargon sosialisme, bahkan mungkin memusuhinya. Sebagian yang lain menjadikannya menjadi semacam jalan hidup. Mestinya pernyataan Bung Karno tidak lantas dipahami secara literer. Namun penting dilihat semangat keberpihakannya yang total kepada rakyat. Pertanyaannya, rakyat yang mana? Ya, tentu rakyat yag secara sadar memenuhi tanggung jawabnya sebagai warga negara, yakni anak bangsa yang mestinya disejahterakan dan disuburkan rasa kebangsaannya. Memang Bung Karno adalah pemikir besar yang tidak terlalu peduli dengan detail-detail. Namun, pemimpin bangsa manapun agaknya sadar menciptakan welfare state harus dimulai dengan memahami aspirasi dan gejolak psikologi rakyat. Dengan begitu, pembangunan tidak akan melenceng dari landasannya.
Tapi untunglah kehidupan yang semakin susah di negeri tidak menggerakkan anak bangsanya mencipta sebuah revolusi. Memang dimana-mana muncul demonstrasi, namun tidak cukup menumbuhkan benih-benih kekerasan sosial yang meluas. Bangsa ini memang pemaaf dan santun. Bangsa yang lebih suka menyukai cara-cara damai, dan bukan anarkisme. Demikian kata literasi zaman Orde Baru. Sekarang jika terjadi demonstrasi, hanya sekelompok kecil orang yang aksinya tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kestabilan pemerintahan. Dahulu kita berkata, “Kami cinta perdamaian, namun lebih cinta kemerdekaan”. Sebuah ungkapan yang sejujurnya mencerminkan kehendak untuk menjadi individu dan masyarakat yang berdaulat. Mudah-mudahan pemerintah menggunakan logika hati nurani ketimbang desakan-desakan ekonomi kapitalistik semata. Di tengah-tengah kegelapan (akibat seringnya mati listrik), mudah-mudahan hati dan pikiran kita selalu terang****
0 komentar:
Posting Komentar